Bercerita akan hal hal baru yang ku alamai. Mereport pengalaman yang terjadi. Mengupas tuntas pelajaran yang ada. Dan terakhir ambila buah pelajaran yang mulia, dan tanamkan pada diri ini. Tak berfikir lama saat mendapat kesempatan berbuat kebaikan, peluang datang ambil. Sebab tak ada yang menjamin kesempatan itu datang berulang. Dan rasakan kenikmatannya. Barang tentu sudah tertanam pada diri kita menolong adalah perbuatan yang sangat mulia, tapi tidak bila disertai pamrih. Sarat mutlak bila ingin merasakan kenikmatan dari menolong adalah ikhlas. Lihat lah wajah bahagia dari setiap orang yang mendapatkan pertolongan mu, yang itu tak kan diberikan kepada siapapun selain dengan org yang menolongnya. Bak seperti buah yang memiliki rasa berbeda beda, dari setiap wajah bahagia yang mereka ciptakan. Menolong dengan siapa pun dan dengan apa pun, teringat sebuah mantra bahwa "sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain". Dan pasti akan tiba saatnya
Sewaktu kecil, saat pandangan lebih utama dari sebuah makna yang sebenarnya, tampak manis buah Mahkuta Dewa bila dirasa dengan mata, akan tetapi sungguh pahit bila lidah yang merasakannya. Sedikit analogi sederhada untuk menjelaskan kata. Sewaktu kecil, tiada satu hal pun yang sangat diharap-harapkan selain menanti saudara satu klan pulang dari perantauan, ku harap-harapkan makanan orang kota yang sangat jarang lidah merasakannya, namun sewaktu besar ini ya makanan orang kota yang ku sukai dulu sekedar biskuit kering dengan kemasan kotak atau bulat terbuat dari lempengan besi (toples) dan permen warna warni dengan rasa berbeda-beda. Sewaktu kecil, sudah barang tentu semua yang pulang dari perantauan aku anggap sukses, sudah aku anggap kaya, banyak duit, hidup sejahtera dinegri orang yang jauh disana. Pikir luguku menapsirkannya. Sebab dulu aku merasa dari mata bukan dari makna sebenarnya. Mata terkecoh dengan baju-baju mentereng sedikit beberapa tahun lebih maju bila diba