Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Sang Penentu Peradaban

Sungguh muliah seorang perempuan, sebab darinya lah generasi suatu bangsa dilahirkan. Perempuan dikaruniai oleh Sang Maha Kuasa sebuah perasaan yang lembut, perasaan yang dengannya menjadi kelebihan perempuan. Dengan perasaan yang lembut lagi sabar mereka membesarkan kita, kita yang dibesarkan oleh kasih dan sayang seorang perempuan. Maka tak heran bila seorang perempuan adalah makhluk mulia dan harus dimuliakan. Keberhasilan atau kejayaan suatu bangsa atau peradaban terletak pada perempuan-perempuan suatu bangsa tersebut, sebab darinyalah para generasi baru dicetak atau dilahirkan. Perlu menjadi kekhawatiran kita bersama, bila perempuan-perempuam dinegeri ini semakin jarang melahirkan pahlawan-pahlawan baru. Dihari ini banyak yang menganggap sebagai hari kebangkitan perempuan (khususnya Di Indonesia). Hari dimana seorang perempuan yang luar biasa dilahirkan. Raden Adjeng Kartini, dia lah sosok perempuan tangguh perempuan yang pemikirannya lebih maju satu abad bila dibandingkan de

Untuk Ku

Pejamkan matamu sejenak, renungkan apa saja yang telah kau lakukan hari ini. Sadarkah kau akan segala hal ini, berlalu tak sedikit pun kau mengulanginya. Seberapa banyak kebaikan-kebaikan yang telah kau lakukan hari ini. Seberapa manfaatkah kau buat orang lain. Sudahkan maksimal amal ibadahmu. Sangat amat merugi jika hari-hari ini hanya di isi dengan hal-hal yang remeh, yang dengannya tak menambah kualitas dirimu. orang bijak mengatakan orang yang merugi apabila hari ini sama dengan hari kemarin.  Allah swt telah memberikanmu fasilitas-fasilitas yang luar biasa, yang tak Dia berikan kepada makhluk lain selain manusia, yaitu akal. Dengan akal manusia dapat memilah manayang baik manayang buruk, amat sangat merugi bila kau tahu berada pada keburukan namun kau tak kunjung pergi dari padanya.  Sesaat, sekejap dan begitu cepat. Tanyakan pada dirimu berapa lama kau hidup ? Sepertinya baru kemaren kau main layang-layang sehabis pulang sekolah, sepertinya baru kemaren kau sibuk Ujian

Yakinlah

Jangan kau sedih, tersenyumlah, bahagia lah. Karena senyum dan bahagia mu dinantikan orang lain. Orang yang dengan diam memperhatikanmu. Orang yang tak sadar, perlahan terbius dengan kelebihanmu, kelebihan yang kau tutup rapat-rapat namun ia tau itu. Taukah kamu, ada orang lain yang sama sepertimu. Sama-sama berada disebuah tempat yang tak ia inginkan. Tempat yang mengharuskan ia untuk menahan bukan untuk bertahan. Menahan hati yang menolak akan kenyatàn. Tersenyumlah, bertahanlah buatlah ringan hati dan pikiranmu atas semua kenyataan ini. Yakinlah pastikan kau jumpai manisnya perjalanan ini. Yakin lah, dan tersenyum lah.. :-)

Pelita kecil

Pelita kecil ku, lihat lah pelita kecil ku. Jiwa yang layu ingatlah pelita kecil mu. Mereka dengan gigih menerangimu, menerangi setiap langkah mu. Bangun kembali rumah-rumah optimis mu. Teguhkan tiang-tiang pendirianmu. Nyalakan kembali lampu-lampu impian mu. Jadikan senyum manis pelitamu sebagai bahan bakarmu. Buang jauh-jauh keraguan dalam batinmu, ingatlah pesan Ibu Pertiwi Aku bisa karena aku mau. Tancapkan kuat-kuat pondasi rumah optimismu. Hidup mu terlalu mubadzir bila hanya sekedar tetap dalam kemampuan standarmu.  Tekan picu semangat mu ! Biarkan ia meluncur bebas menghantam tabir-tabir penghalangmu. Tampar dirimu ! Cambuk dirimu ! Bila ia kendur dan lesu.  Ingatlah senyum mereka, senyum tulus mereka, harapan yang mereka berikan pada mu. Buatlah mereka bangga, telah berhasil melahirkan sang fighter sepertimu. Petarung demi memperebutkan kejayaan masa depan. Wahai pelitaku tetaplah kau menyinari setiap jalan-jalan terjalku. Kan ku genggam erat-erat bendera am

Nyanyian malam

Sejenak perasaan ini menafsirkannya. Menebak apa yang akan terjadi esok hari. Sebab begitu berat bayangan ku tentang gambaran esok hari. Sebongkah gunung kesalahan telah ku lakukan dan gunung itu menimpa ku menuntut balas akan kesalahan ku.  Demikian gambaran hari esok yang menakutkan mencekat seakan tak ada keceriaan sedikit pun, dedaunan pun layu tak nampan hijau jika dipandang, sang surya pun redup enggan untuk bersinar. Mencekam dan menakutkan.  Tapi esok hari pasti akan terjadi, mau kah diri ini terjajah oleh ketakutan. Kalah menang urusan belakang, mati karena bertarung lebih terhormat dari pada hidup tanpa perlawanan .

Hati

Tak bisa dipaksakan, jika pun bisa perlu waktu yang panjang. Tak semudah mengedipkan mata indahmu. Hati denganmu aku mengerti, mengerti akan rasa suka atau tidak suka. Denganmu aku mengerti begitu sulitnya menerima sebuah hal yang itu tak engkau sukai. Rasanya sering ku tarik ulur antara berusaha menerima, berusaha menjadi bisa, dan lari dari usaha-usaha itu semua. Memicu keragu-raguan dalam diri. Sering ku dengar, jika sudah terlanjur basah sekalian tengelam didalamnya. Sebuah mantra yang luar biasa menurutku. Mantra ampuh yang bisa membuat hati menerima sebuah perlawanannya. Tapi tak lama dapat ku rasakan, sedikit demi sedikit mantra itu memudar. Dan kembali lagi pada hati yang melawan, tak mau menerima yang ia tak inginkan. Hingga saat ini hati ini masih mencari dermaga untuk berlabuh, mencari pengharapan baru yang bisa membuatnya tenang. Jauh dari rasa keraguan, benar-benar sesuai dengan apa yang ia harapkan.

Santri

Mata polos masih tergambar pada wajah mereka. Sebuah permata-permata yang indah dan mempesona. Keceriaan senantiasa tercermin dalam setiap aktivitasnya. Ingin ku ulangi waktu dan mencoba hidup seperti mereka, hidup diatas mantra-mantra agama.  Mengisi waktu liburan, mereka yang jauh dari kampung halaman memilih untuk tetap tinggal di pondok, mengesampingkan hasrat akan rindu kampung halaman. Salah seorang santri kecil mencoba aku tanyai:  kapan terakhir pulang kampung ? belum pernah. orang tua sering jenguk kesini ? belum pernah juga. apa ga kangen sama orang tua ? kangen, paling nanti komunikasi lewat telefon. emang boleh bawa HP ? gak boleh, pake telefon pondok. sebuah jawaban yang penuh akan kejujuran, terlihat wajah polosnya menahan hasrat kerinduan. Kucoba mengikuti rutinitas mereka, tibalah waktu sholat aku pun ikut sholat berjamaah bersama mereka. sebelum iqomah berkumandang aku mencoba mengamati sejenak santri-santri yang berada diluar pagar masjid. terlihat mereka berte

Sore itu

Disore itu aku menghabiskan siang yang tak biasa ku lakukan bersama sahabat ku. Sedikit mencari suasana baru, sembari mengamati kehidupan sosial masyarakat yang jauh dari tempat tinggal kami.  Sore itu nampak sang surya tersenyum manis diufuk barat, seakan meridhoi langkah ku dan sahabat ku.  Satu dua kayuhan yang lama-lama menjauh kan kami dengan rumah kontrakan. Terus kami kayuh sepeda tua yang baru saja dibeli oleh sahabat ku, tanpa keraguan. Sesekali kami berbincang diperjalanan. Membincangkan apa yang telah kami lihat disepanjang perjalanan. Hingga tiba disebuah warung kecil, kami beristirahat membeli sebotol air mineral dan beberapa makanan. Disini aku merasakan seperti didesaku, ramah pemilik warung menyambut kami. Berusaha menunjukkan jalan pulang untuk kami. Mungkin risau jika kami tak tahu jalan pulang.  Dipinggir jalan kami menghabiskan sebotol minuman dan beberapa makanan, tak begitu lama juga duduk disamping kami pemilik warung tadi. Satu dua kata kami berb

Tempat menitipkan impian

Siang ini tampak dilangit bersih membiru, tak nampak satu pun àwan putih bernoda disana. Seperti hari-hari sebelumnya, setelah pulang dari tempat perjuangan ku hempaskan raga ini disebuah kasur usang.  Lebih sering aku panggil tikar dari pada kasur, karena saking lama usianya hingga menipis kisut sama kerasnya dengan lantai.  Udara yang panas membuat siapa saja enggan beranjak dari persembunyiannya, bermalas-malasan ditempat ternyamannya (kamar). Namun tak demikian dengan ku.  Ku coba menyusuri setiap lorong rumah para anak rantau ini, hingga ku jumpai sebuah tempat yang membuat hati merasa nyaman jika berada disana.  Diatap rumah ini ku coba menggali potensi. Meski diatas atap tidak terasa panas sebab sang surya tak mengenai ku terhalang oleh bangunan disamping rumah, yang bayangannya condong menghadap ketimur membuat teduh atap rumah ku. Secerca harapan sering ku buat disini. Berkhayal tinggi melampaui burung-burung besi buatan Pak habibi yang terbang diatas atap rumah ku.

Hati Kecil Ringkih tak Berdaya

Kenapa kau terus bertanya-tanya ? Bertanya seolah ingin tahu siapa dia yang sering kau tuliskan. Haruskah diri ini tahu jawabannya ? Sehingga membuatmu begitu penting dalam hidupmu. Entah rasa apa yang telah menjalar padà tubuh ini, seakan hidup ini benar-benar dipertaruhkan disini. Mencoba menerka jawaban atas isi pertanyaan ku, jawaban yang sering kali ku buat sendiri. YA ITU KAMU, sisi lain dari ku berbisik demikian, mencoba menenangkan jiwa yang bimbang. Namun disisi lain juga terbisik ITU BUKAN KAMU, lantas jiwa ini menafsirkan bisikan itu, percaya diri sekali jiwa ini tak sadar siapa dirimu memberanikan diri atas maksud tulisannya. Mendorong sejenak untuk mengacuh kannya, sedikit tak perduli dengan makna yang terkandung padanya. Terbesit sedikit harapan dalam hati kecil ringkih tak berdaya ini, bahwa semoga itu memang untuk hati kecil ringkih tak berdaya ini.

Rasa Ketertarikan

Sudah menjadi fitrah manusia hidup didunia ini memiliki ketertarikan dengan lawan jenis. Sebuah ketertarikan bisa timbul dari berbagai macam-macam sebab, bisa dari kecantikan atau ketampanan, bisa juga karena melihat tingkah laku dan juga bisa dari tuturkata, masih banyak lagi yang menyebabkan terjadinya sebuah ketertarikan seseorang. Lantas bagaimana menyikapi rasa ketertarikan tersebut ? jika ketertarikan seseorang karena nafsu atau syahwat biasanya langsung mengungkapkan rasa ketertarikannya tersebut kepada seseorang yang diimpikannya itu dan berusaha menjalin sebuah hubungan khusus tanpa kejelasan. hal yang demikian sudah sangat lumrah dikehidupan sosial kita. Banyak yang menyesal karena sebuah rasa ketertarikan tersebut, karena mereka tidak bisa menyikapi dengan bijak bagaimana sebuah rasa ketertarikan agar dapat menciptakan sebuah surga dunia (benar-benar indah dirasakan).  Coba lihat disekeliling kita ada tidak yang merasa kacau hidupnya karena rasa ketertarikan ? sedih,

Mahakarya Istimewa

Nulis apa ya ? Tak jarang aku merasakan kebuntuan dalam berfikir, terkadang pikiran ku ibarat motor yang tidak di servis selama lima tahun mbrebet-mbrebet ndak karuan. Saraf-saraf diotak ku  terasa tersumbat koleaterol satu kilogram, sulit mencari gambaran yang pas dan gampang dimengerti.  Jika ada pengobatan khusus melancarkan ide-ide pikiran pasti aku termasuk pasiennya. Yahh mungkin tergantung mood juga, kadang kalo hati sedang termotivasi penuh pengennya setiap hari hanya nulis-nulis terus. Apalagi kalo ingat dia, *asekk* semangat nulis ku bangkit seperti seekor singa yang baru bangun dari tidur panjangnya *liyarr*. Hehehe Aku sempat berdikir haruskah hal-hal yang seperti ini juga aku mohonkan kepada Tuhan ku, agar ide-ide cemerlang ku mengalir deras membanjiri setiap tulisan-tulisan ku. Pantaskah hal-hal seperti ini aku mohonkan ? Hemm... inilah gambaran manusia yang lemah tak berdaya, namun terkadang besar kepala tak tahu siapa dirinya sebenarnya, tak menyadari bahwa dirinya

mantra kehidupanKu

_seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk bisa sampai berunung_ A.  Fuadi dalam novel Rantau 1 Muara . Hanya orang-orang yang mau berkorban demi mimpi dan kesuksesan yang bisa merasakan nikmatnya hasil. benar memang semua itu butuh perjuangan, usaha dan doa. jika aku sedikit berasumsi perjuangan dan usaha adalah 90% dari keberhasilan, dan sisanya adalah do'a.   Imam Stafi'i pernah berkata:  jika kau tak sanggup menahan lelahnya belajar, maka siaplah menanggung perihnya kebodohan . dalam belajar seseorang mempunyai berbagai metode atau cara. untuk metode yang saya anut adalah cintai dulu apa yang akan kamu pelajari maka kau akan ringan hati dalam mempelajarinya, setidaknya rasa jenuh/bosan sedikit terhindar jika kita sudah menyukainya. Tekan picu semangat-mu Hingga terpelejut liyar Membelah celah-celah udara Hingga tak kan ada satupun Yang bisa menghentikannya Wahai jiwa ! kau butuh banyak air ilmu, yang kelak

Kebahagiaan atau Tipuan

_“Ya Allah ya Tuhanku, Tuhan yang maha pemberi kebaikan bagi hamb-hamba-Nya, Berikan hamba kekhusyukan dalam mengerjakan sholat” . adalah salah satu do’a favorit yang sering amin ucapka ketika dzikir sehabis sholat. Karena sholat adalah amalan yang pertama kali dihisab atau ditimbang, sholat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, sholat juga merupakan kunci surga, maka tak heran jika sholat adalah kunci dari segala amal ibadah_ Sadar atau tidak kita sadari sering kali apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Manusia diciptakan oleh Allah dengan dibekali akal dan nafsu. Nafsu manusia pada dasarnya cenderung untuk berbuat dosa dan kesenangan dunia semata, ada yang mengatakan “hidup didunia hanya sekali, diajak senang” dikit aja gak mau, apa-apa ga mau, lantas apa hidup mu hanya akan kau isi dengan kebahagian semu ? ” , mereka mengukur kebahagian hanya dengan canda dan tawa, hingar-bingar gemerlap kota, mengikuti apa yang sering mereka lihat . Tak mereka s